Minggu, 14 Oktober 2012

Struktur Formal Musik Daerah


Struktur Formal Musik Daerah
(Catatan SBK Kelas VII)

Struktur formal musik berarti unsur-unsur penting yang mendukung terbentuknya sebuah musik. Musik terbentuk dari irama, syair, dan instrumen.

Irama
Irama ditentukan oleh panjang pendeknya dan tinggi rendahnya nada serta pola-pola dalam birama. Di dalam irama, ada nada, tangga nada, birama dan pola irama.
Nada
Suara yang enak didengar disebut nada. Lawan dari nada adalah desah (suara fals). Sifat-sifat nada adalah sebagai berikut:
1.      Mempunyai intensitas. Intensitas nada berarti keras lembutnya bunyi suatu nada. Hal itu bergantung pada lebarnya getaran dan sifatnya relatif. Intensitas nada terwujud dalam tanda dinamik, tanda yang menunjukkan keras lembutnya nada.
Berikut kelompok tanda dinamik:
a.       Tanda dinamik lembut
p (piano): lembut
pp (pianissimo): sangat lembut
ppp (pianisissimo posibile): selembut-lembutnya
b.      Tanda dinamik sedang
mp (mezzo piano): agak lembut
mf (mezzo forte): agak keras
fp (forte piano): keras segera melembut
c.       Tanda dinamik keras
f (forte): keras
ff (fortissimo): agak keras
fff (fortesissimo asai): sekeras-kerasnya
d.      Tanda dinamik peralihan
< (crescendo-cresc.): makin lama makin keras
>(decrescendo-decresc.): makin lama makin lembut
< > (mezzo di voce): mengeras lalu berkurang dan melembut

2.      Mempunyai tinggi nada (pitch)
Tinggi nada berkaitan dengan frekuensi atau banyaknya getaran tiap detik. Makin banyak frekuensi, makin tinggi nadanya. Bila banyaknya getaran/besarnya frekuensi berkurang sedikit saja, nada akan terdengar sumbang.
3.      Mempunyai panjang nada (durasi)
Panjang nada merupakan lama suatu nada dibunyikan. Panjang nada dihitung dengan satuan ketuk. Panjang nada sifatnya relatif, bisa panjang dan bisa pendek. Dalam musik, waktu diam pun mempunyai durasi.
Contoh: [ 3. . .] atau [3 . 3 4 5] atau [3 0 5 .]
4.      Mempunyai warna nada (timbre)
Warna nada adalah jenis suara yang dihasilkan. Warna nada bergantung pada sumber bunyi, resonator (ruang gema) dan cara memainkan sumber bunyinya.



Tangga Nada
Tangga nada atau titi nada adalah susunan nada yang dimulai dari nada dasar dan diakhiri dengan nada oktafnya yang jatuh pada nada itu. Antar nada tersebut mempunyai jarak tertentu. Jarak tersebut menentukan kemungkinan variasi nada dan jenis tangga nada. Ada dua macam tangga nada, yakni tangga nada pentatonik dan tangga nada diatonik.
1.      Tangga nada pentatonik
Tangga nada pentatonik hanya terdiri atas lima nada pokok (penta: lima). Dalam tangga nada pentatonik, nada-nada dilihat berdasarkan urutannya dalam tangga nada. Dalam musik nusantara, tangga nada ini digunakan untuk daerah Jawa, Sunda, dan Bali. Tangga nada pentatonik sendiri terbagi atas dua tangga nada yaitu pelog (1 3 4 5 7 i) dan slendro (1 2 3 5 6 i). Tangga nada pentatonik pleog akan memberikan perasaan tenang, hormat, dan memuja. Tangga nada pentatonik slendro bersifat gembira dan bersemangat.
2.      Tangga nada diatonik
Tangga nada diatonik adalah tangga nada yang menggunakan 7 nada pokok. Sistem nadanya menggunakan dua macam jarak, yaitu 1 laras dan ½ laras. Tangga nada diatonis dibagi menjadi dua, mayor dan minor.
a.       Tangga nada diatonis mayor mempunyai susunan:
Do  re  mi   fa  sol  la  si  do
     1    1    ½   1     1   1   ½
Dengan berpedoman sistem tersebut, ada 15 susunan tangga nada diatonis mayor.
b.      Tangga nada diatonis minor adalah tangga nada yang diawali dengan nada dasar la (6) dari tangga nada c mayor.
La  si  do  re  mi  fa  sol  la
     1  ½   1    1     ½  1     1  

Ketukan (Pulsa) dan Pola Irama
Ketukan dasar lagu dengan panjang durasi yang tetap dinamakan pulsa. Buktinya, kita sering mengetuk-ketukkan jari ketika mendengar lagu. Jika ketukan tersebut berdurasi tak sama panjang tetapi konsisten dan berulang dengan pola tertentu, maka, irama muncul. Pola irama berasal dari berbagai bunyi ritmis yang datang dari alat musik ritmis.

Birama
            Pengelompokkan ketukan menjadi beberapa unit hitungan dinamakan birama. Tanda birama ada 2/4, ¾, 4/4, 6/8, dan sebagainya. Angka pembilang menunjukkan jumlah ketukan dalam setiap unit atau satu ruas birama. Angka penyebut menunjukkan nilai nada yang mendapat satu ketukan. Dalam satu birama, terdapat ketukan bertekanan (tesis) dan tak bertekanan (arsis). Ketukan bertekanan pada umumnya, jatuh pada ketukan pertama tiap pertama.

Syair
            Bahasa yang digunakan komponis ketika mengekspresikan perasaan untuk mempermudah pendengar dalam mencerna karya musiknya dinamakan syair. Dalam syair, ada sajak syair dan bentuk syair.


a.       Sajak syair
Seperti halnya sebuah puisi, dalam hal syair, musik juga mempunyai sajak. Ada sajak sama (aaaa bbbb). Ada sajak berselang (abab). Ada sajak berpasangan (aabbcc). Bahkan, ada yang patah (abcb, aaba).

b.      Bentuk syair
-          Bentuk terikat
Syair dalam musik, biasanya terikat oleh aturan tertentu. Ada yang berbentuk pantun, contohnya.
-          Bentuk bebas
Syair bebas merupakan bentuk syair yang tidak punya pedoman dalam penyusunannya. Syair bergerak bebas bagaikan air mengalir.

Instrumen
Berdasarkan fungsinya, instrument musik daerah dikelompokkan menjadi:
a.       Instrumen melodis
Instrumen melodis merupakan alat musik yang digunakan untuk memainkan rangkaian nada-nada atau melodi sebuah lagu atau nyanyian. Contohnya, kecapi, rebab, serunai, suling, sasando, talempong, kolintang, angklung, siter, dan gambang.
b.      Instrumen ritmis
Instrumen ritmis adalah alat musik yang dalam permainannya. Memberikan irama (ritme) tertentu dalam pergelaran musik. Ada yang memberi ketukan (pulsa) dalam birama. Contohnya, tifa, marwas, bonang, gong, gendang, kempul, kethuk, dan kenong.

Selasa, 09 Oktober 2012

Harmoni


Harmoni
(Catatan SBK Kelas IX)

Pengertian Harmoni
Harmoni berarti keselarasan, seimbang, atau serasi. Dalam musik, harmoni berarti adanya keselarasan nada-nada melodi, irama, dan sebagainya. Hal penting dalam keselarasan adalah perpaduan antara nada-nada yang serasi. Perpaduan nada tersebut disebut akor (triad).

Akor
Akor adalah paduan beberapa nada apabila dimainkan atau dinyanyikan secara serempak akan terdengar harmonis. Akor terbentuk berdasarkan aturan-aturan ilmu harmoni. Akor yang terbentuk berdasarkan aturan ilmu harmoni sehingga enak didengar dan selaras disebut akor harmonis dan akor yang tidak enak didengar disebut akor disharmonis. Untuk mengerti akor, dibutuhkan pemahaman tentang interval.
Interval adalah jarak antara nada yang satu dengan nada yang lain atau hubungan suatu nada dengan nada yang lain.

Contoh nada
Jarak nada
Nama interval
c-c
0 nada
Prime
c-d
1 nada
Second
c-e
2 nada
Terts
c-f
21/2 nada
Kuart
c-g
3 ½ nada
Kwint
c-a
4 ½ nada
Sekst
c-b
5 ½ nada
Septim
c-c’
6 nada
Oktaf

Akor dua suara
Pembentukan akor pada dasarnya dimulai dari sebuah nada yang dijadikan sebagai nada dasar. Akor dua suara yang harmonis tersusun dari nada yang mempunyai interval prime, terts, kuart, kwint, sekst, dan oktaf. Akor dua suara yang disharmonis tersusun dari dua nada yang mempunyai interval sekon dan septim. Ada tiga macam gerak akor yaitu: sejajar, berlawanan dan bervariasi.
Dalam mengaransemen lagu, melodi yang diberi prioritas adalah suara tinggi (sopran). Jenis suara yang lain dapat membentuk melodi dalam formasi sejajar, berlawanan, atau kombinasi dengan melodi pokok. Hal tersebut dilakukan agar tidak membosankan.

Akor tiga suara
Akor paling sedikit terdari dari susunan tiga buah nada yang disebut dengan trinada. Pembentukan trinada pada dasarnya, dimulai dari sebuah nada yang dijadikan sebagai dasar akor. Nada kedua adalah nada terts (2 nada dari nada dasar), sedangkan nada ketiga adalah nada kuint (4 nada dari nada dasar).
Dalam tangga nada natural (C mayor), akor mayor terdapat pada trinada tingkat I, IV, dan V karena jarak interval dasar akor dengan nada tertsnya adalah terts besar (jumlahnya 2) dan dasar akor dengan nada kuinnya adalah kuin murni (jumlahnya 3 ½). Ketiga trinada disebut akor pokok/utama. Akor minor terbentuk dari jarak interval dasar akor dengan nada tertsnya adalah terts kecil (jumlahnya 1 ½) dan dasar akor dengan nada kuinnya adalah kuin murni (jumlahnya 3 ½). Akor diminished terbentuk dari jarak interval dasar akor dengan nada tertsnya adalah terts kecil (jumlahnya 1 ½) dan dasar akor dengan nada kuinnya adalah kuin kurang (jumlahnya 3).

Tanda Mula
Tingkat Akor
I
II
III
IV
V
VI
VII
To
nika
Super tonika
Median
Sub
dominan
Domi-nan
Sub
median
Intro
duktor
C
C
Dm
Em
F
G
Am
Bdim
G
G
Am
Bm
C
D
Em
F#dim
D
D
Em
F#m
G
A
Bm
C#dim
A
A
Bm
C#m
D
E
F#m
G#dim
E
E
F#m
G#m
A
B
C#m
D#dim
B
B
C#m
D#m
E
F#
G#m
A#dim
F#
F#
G#m
A#m
B
C#
D#m
E#dim
C#
C#
D#m
E#m
F#
G#
A#m
B#dim

F
F
Gm
Am
Bb
C
Dm
Edim
Bb
Bb
Cm
Dm
Eb
F
Gm
Adim
Eb
Eb
Fm
Gm
Ab
Bb
Cm
Ddim
Ab
Ab
Bbm
Cm
Db
Eb
Fm
Gdim
Db
Db
Ebm
Fm
Gb
Ab
Bbm
Cdim
Gb
Gb
Abm
Bbm
Cb
Db
Ebm
Fdim
Cb
Cb
Dbm
Ebm
Fb
Gb
Abm
Bbdim

Akor empat suara (akor septime)
Akor dominan septime adalah akor trinada yang ditambah nada ketujuh dari nada dasar hingga membentuk jarak lima (septime kecil). Fungsi utama akor dominan septime adalah jembatan dari akor yang satu ke akor yang lain. Biasanya gerak akor septime adalah sebagai berikut:
-         I7 menuju IV
-         II7 menuju V
-         III7 menuju VI
-         IV7 menuju VIIdim
-         V7 menuju I
-         VI7 menuju II
-         VII7 menuju III



Gerak akor
Gerak atau perpindahan akor-akor ini umumnya mengikuti melodi lagunya. Biasanya, gerak akor-akor mengikuti suatu pola tertentu yang selalu teratur. Berikut adalah pola gerak akor sederhana yang dapat dilakukan dalam mengaransemen sebuah lagu.
a.     Akor tonika ( I ) biasanya dapat berpindah dengan bebas ke akor apapun. Rumusan sederhanannya,
Contoh:
    • Akor C ke G atau C ke F atau C ke Am
    • Akor D ke A atau D ke G atau D ke Bm
b.    Bila akor tonika ( I ) akan berpindah ke akor subdominan ( IV ), sebaiknya melalui akor diminish terlebih dahulu. Rumusan sederhananya,
Contoh:
  • Sebelum ke akor F, akor C berpindah dulu ke C7. variasinya: C-G-C-F.
c.     Akor Subdominan ( IV ) dapat berpindah langsung ke akor tonika ( I ) atau terlebih dahulu melalui akor dominan ( V ). Rumusan sederhananya,
Contoh:
  • Dalam tangganada C (natural), akor F dapat langsung berpindah ke akor C, atau melalui akor G lalu ke C.
  • Dalam tangga nada G, akor C dapat langsung kembali ke akor G, atau melalui akor D lalu ke G.
d.    Akor dominan (V) dapat langsung berpindah ke akor subdominan (IV), atau melalui akor tonika (I), atau melalui akor tambahan seperti akor supertonika (II), median (III), atau submedian (VI), Rumusan sederhananya,
Contoh:
  • Dalam tangganada C, akor F dapat berpindah ke akor G atau melalui akor C dulu baru ke G, seringpula terjadi, sebelum berpindah ke akor G, terlebih dahulu akor C berpindah ke akor Dm.
e.     Pada frase akhir lagu, kita dapat variasi antara lain, sebelum ke akor tonika (I), akor berpindah dulu ke akor subdominan (IV). Rumusan sederhanannya,
Contoh:
  • Sebelum kembali ke akor C, akor terlebih dahulu ke F – Fm – kemudian ke C.
Pola GERAK AKOR untuk iringan musik sederhana.
Pola ............... Contoh
1. I - IV - I D - G - D
2. I - V - I D - A - D
3. I - IV - V - I D - G - A - D
4. I - V - IV - I D - A - G – D

Pola GERAK AKOR SUBSTITUSI 
1. I - VI - II - V - I : contoh : C - Am - Dm - G - C
2. I - III - IV - V - I : contoh : G - Bm - C - D - G
3. I - II - V - I ; contoh : A - Bm - E - A
4. I - III - II - V - I ; contoh : C - Em - Dm - G - C
5. I - VII - VI - V - IV - III - II - V - I; contoh : G - D/F# - Em - D - C - Bm - Am - D - G
6. I - IV - III = VI -II - V - I; contoh : D - G - F#m - Bm - Em - A - D
7. I - VI - II - V - III - VI - II - V - I ; C - Am - Dm - G - Em - Am - Dm - G - C
dll